Kamis, 30 Juni 2011

azas zionisme dan freemasonry

Bab 3 : Azas Zionisme dan Freemasonry
Gertakan Zionisme dan Freemasonry di seluruh dunia sesungguhnya memiliki asas yang
sama. Asas dari dua gerakan ini disebut “Khams Qanun”, lima sila, atau Panca Sila. Kelima
Sila itu adalah :
1. Monotheisme
2. Nasionalisme
26 of 82
3. Humanisme
4. Demokrasi
5. Sosialisme
Penjelasan tentang lima sila yang terdapat dalam doktrin Yahudi tersebut adalah sebagai
berikut
1. Monotheisme : Kesatuan Tuhan (Ketuhanan yang Maha Esa) Hendaklah bangsa Yahudi
bertuhan dengan Tuhannya masing-masing dan merupakan kesatuan gerak. Maka hai orangorang
atheis dan bebas agama di kalangan bangsa Yahudi hendaklah engkau pun bertuhan
dengan tuhanmu sendiri bukankah alam pun tuhanmu dan bukankah kudrat alam pun
tuhanmu juga? Kalian berlainan agama, kalian berlainan keper-cayaan, kalian berlainan
keyakinan, tetapi kalian harus bersatu dan gunung zionisme telah menan-timu. Hendaklah
kalian tenggang menenggang, hormat menghormati hai Yahudi seluruh dunia !
2. Nasionalisme - Kebangsaan :Berbangsa satu bangsa Yahudi, berbahasa satu bahasa
Yahudi dan bertanah air satu tanah air Yahudi Raya (Israel Raya).
3. Humanisme : Kemanusiaan yang adil dan beradab berlakulah, janganlah kalian menjadi
peniru bangsa Babilon yang telah membuangmu, tetapi bagi luar bangsamu dan yang hendak
mem-binasakanmu, kalian adalah bangsa besar dan engkau pun jika keperluanmu mendesak
ber-lakulah Syer Talmud baginya, seperti nyanyian Qaballa berbunyi : “Taklukanlah mereka,
binasakanlah mereka akan mengambil hakmu, engkau adalah setinggi-tinggi bangsa
seumpama menara yang tinggi. Gunakanlah hatimu ketika menghadapi sauda-ramu, karena
mereka itu keturunan Yaqub, ketu-runan Israel. Buanglah hatimu ketika menghadapi lawanmu
karena mereka itu bukan sekali-kali saudaramu, mereka adalah kambing-kambing perahan
dan harta mereka adalah hartamu, rumah mereka adalah rumahmu, tanah mereka adalah
tanahmu.”(Syer Talmud Qaballa XI :45)
4. Demokrasi : Dengan cahaya Talmud dan Masna dan segala ucapan imam-imam agung
bahwa telah diundangkan “Bermusyawarahlah dan berapatlah dan berlakulah pilihan
kehendak suara banyak itu karena suara banyak adalah suara Tuhan!”
5. Sosialisme : Keadilan sosial yang merata pada masyarakat Yahudi, sehingga setiap orang
Yahudi menjadi seorang kaya raya dan menjadi pimpinan dimana pun ia berada, dan menjadi
protokol pembuat program. Dalam Nyanyian Qaballa Talmud dikatakan : “Dengan uang kamu
dapat kembali ke Yudea, ke Israel karena agama itu tegak dengan uang dan agama itu uang,
sesungguhnya wajah Yahwe sendiri yang tampak olehmu itu adalah uang! Cintailah Zion,
cintailah Hebran, cintailah akan Yudea dan cintailah seluruh tanah pemukiman Israel, karena
engkaulah bangsa pemegang wasiat Hebran tertua yang berbunyi :”Cinta pada tanah air itu
sebagian dari iman!” (XL : 46)
Asas Zionisme : Khams Qanun
1. Internasionalisme
2. Nasionalisme
3. Sosialisme
4. Monotheisme kultural
5. Demokrasi
Asas Freemasonry dan Zionisme pada dasarnya sama, yang berbeda hanya urutan saja.
Keduanya diilhami oleh ajaran Talmud, kitab suci agama Yahudi. ?
27 of 82
Bab 4 : Pengaruh Doktrin Zionisme & Freemasonry
TERHADAP PEMIKIRAN TOKOH PERGERAKAN DI EROPA DAN ASIA
GERAKAN Zionisme yang diemban dengan baik oleh gerakan Freemasonry, telah berhasil
meng-garap korban-korbannya, baik di Eropa maupun di Asia. Hal ini terbukti dengan apa
yang terjadi di Perancis dan di negara-negara Asia Tenggara.
Freemasonry Perancis pada 1717 M berasaskan Plotisma. Istilah Plotis merupakan istilah
khas mereka yang disebutkan berasal dari dialek Yunani Koin. Plot berarti ambang atau
terapung,. Plotisma adalah suatu paham untuk mengambangkan segala ajaran di luar
Freemasonry. Jika telah mengambang disuntikkanlah paham-paham bebas dari Freemasonry
itu. Freemasonry Perancis pada 1717 M itu terpaksa memasukkan kata-kata “Ketuhanan” dan
“Triko-nitas” untuk menarik simpatik golongan Katolik.
Lima dasar dari Freemasonry Perancis :
1. Nasionalisme
2. Sosialisme
3. Demokrasi
4. Humanisme
5. Theologi Kultural.
“Hai saudara-saudaraku dengan plotisme kita pun mendapat kunci pembuka seribu pintu
kemenangan, dengan plotisme kita mempunyai seribu kunci etika pergaulan.” (Siasah
Masuniyah muka 43)
Dalam dasar Freemasonry Italia terdapat perbedaan sedikit :
1. Nasionalisme
2. Trinitas
3. Humanitas
4. Sosialisme
5. Demokrasi.
Dalam dasar Freemasonry Palestina terdapat sedikit perbedaan pula:
1. Nasionalisme
2. Monotheisme
3. Humanisme
4. Sosialisme
5. Demokrasi
Pandit Jawarhal Nehru pernah mempunyai gagasan dasar negara India merdeka, yang
dibahas di depan Indian Kongres : Panc Svila
1. Nasionalisme
2. Humanisme
3. Demokrasi
4. Religius
5. Sosialisme
Bandingkan dengan San Min Chu I dari Sun Yat Sen :
1. Mintsu
2. Min Chuan
3. Min Sheng
4. Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme
Bandingkan dengan lima asas dari Muhamad Yamin, yaitu
28 of 82
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Bandingkan dengan lima asas dari Soepomo :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Bandingkan dengan lima asas dari Soekarno :
1. Nationalisme (Kebangsaan)
2. Internationalisme (Kemanusiaan)
3. Demokrasi (Mufakat)
4. Sosialisme
5. Ketuhanan
Bandingkan dengan lima asas Aquinaldo pim-pinan Nasionalis Filipina. Lima asas ini disebut
asas yang lima dari gerakan Katipunan. Sesungguhnya lima asas Katipunan ini disusun oleh
Andres Bonifacio 1893 M :
1. Nasionalisme
2. Demokrasi
3. Ketuhanan
4. Sosialisme
5. Humanisme Filipina
Empat asas Pridi Banoyong dari Thailand pada 1932 M:
1. Nasionalisme
2. Demokrasi
3. Sosialisme
4. Religius
Prinsip indoktrinasi Zionisme, agaknya cukup fleksibel karena mampu beradaptasi dengan
pola pikir pimpinan politik di setiap negara. Mengenai urut-urutannya boleh saja berbeda,
tetapi prinsip-nya tetap sama, mengacu kepada doktrin baku Zionisme.
Bab 5 : Gerakan Freemasonry di Asia Tenggara
PADA setiap negara, nama perkumpulan Free-masonry itu berbeda-beda. Ada yang bersifat
lokal ada pula yang merupakan cabang dari luar negeri, ada pula yang menghimpun semua
aliran pemuda dan organisasi kepemudaan dari segala macam gerakan: Katholik, Budha,
Islam, Protestan, sekuler, sosialis, kebangsaan dan sebagainya. Tetapi pimpinannya harus
seorang anggota Freemasonry, ada juga seorang yang bodoh dalam agama lalu diasuh
Freemason. Karena dianggap mengun-tungkan bagi penguasa, maka aliran-aliran Freemasonry
didukung oleh penguasa, dan kebanyakan dari penguasa itu sendiri buta tuli tentang
gerakan Freemasonry, dan hanya melihatnya sebagai gerakan amal kebajikan umum. Jika kita
kaji, hampir semua gerakan masa atau organisasi masa yang berupa organisasi politik
ataupun organisasi amal, telah dimasuki jarum-jarum Freemasonry.
29 of 82
Hampir semua organisasi kebangsaan di dunia ini, mendasarkan ide gerakannya pada prinsipprinsip
Freemasonry. Dan salah satu ciri khasnya, hampir semua organisasi kebangsaan
bersikap anti pati, atau sekurang-kurangnya melirik dengan cibiran bibir terhadap Islam.
Freemasonry di negara-negara Asia dapat disebutkan antara lain: Thailand dan Malaysia
Aliran Freemasonry dimasukkan oleh orang-orang Inggris dan Perancis yang ingin menguasai
Siam sehingga menimbulkan krisis Siam. Krisis Siam mulai 1893-1896 M.
Freemasonry yang dimasukkan oleh orang Siam, berupa gagasan-gagasan sekularisasi yang
diteri-manya manakala orang-orang Siam itu belajar di luar negeri seperti di Inggris. Diantara
orang Freemasonry yang terkenal di Siam adalah Pridi Banamyong dan Phya Bahol Sena atau
Bahol Balabayuha pada 1955 M.
Di Thailand Selatan banyak umat Islam dan dianggap sebagai api dalam sekam, karena itu
pemerintah Thailand berusaha menggunakan taktik Freemasonry menghancurkannya sedikit
demi sedikit.
Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesultanankesultanan
yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang terbesar adalah ‘Patani’.
Pada abad ke empat belas masuklah Islam ke kawasan itu, raja Patani pertama yang
memeluk Islam ialah Ismailsyah.
Pada 1603 kerajaan Ayuthia di Siam menyerang kerajaan Patani namun serangan itu dapat
digagal-kan.
Pada 1783 Siam pada masa raja Rama I Phra Culalok menyerang Patani dibantu oleh oknumoknum
orang Patani sendiri, sultan Mahmud pun gugurlah, meriam Sri Patani dan harta
kerajaan dirampas Siam dan dibawa ke Bangkok.
Maka Tengku Lamidin diangkat sebagai wakil raja atas perintah Siam tetapi kemudian ia pun
berontak lalu dibunuh dan digantikan Dato Bangkalan tetapi ia pun memberotak pula.
Pada masa raja Phra Chulalongkorn tahun 1878.M Siam mulai mensiamisasi Patani sehingga
Tengku Din berontak dan kerajaan Patani pun dipecahlah dan unit kerajaan itu disebut
Bariwen. Sebelum peristiwa itu terjadi sesungguhnya pada 1873 M Tengku Abdulqadir
Qamaruzzaman telah menolak akan penghapusan kerajaan Patani itu. Kerajaan Patani
dipecah dalam daerah-daerah kecil Patani, Marathiwat, Saiburi, Setul dan Jala.
Pada 1909 M Inggris pun mengakui bahwa daerah-daerah itu termasuk kawasan Kerajaan
Siam. Dan pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muang Thai.
Usaha-usaha Siamisasi yang sejalan dengan Freemasonry itu:
Bahasa Siam menjadi bahasa kebangsaan di kawasan Selatan, di sekolah-sekolah
merupakan bahasa resmi, tulisan Arab Melayu digantikan tulisan Siam yang berasal dari
Palawa.
Pada 1923 M, beberapa Madrasah Islam yang dianggap ekstrim ditutup, dalam sekolahsekolah
Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan pendidikan etika bangsa yang
diambil dari inti sari ajaran Budha.
Pada saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu bernafaskan
Budha dan kepada guru harus menyembah dengan sembah Budha. Kementrian pendidikan
memutar balik sejarah : dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang
pemerintahan shah di Siam dan menjatuhkan raja.
30 of 82
Orang-orang Islam tidak diperbolehkan mempu-nyai partai politik yang berasas Islam bahkan
segala organisasi pun harus berasaskan: ‘Kebang-saan’. Pemerintah pun membentuk
semacam pangkat mufti yang dinamakan Culamantri, biasanya yang diangkat itu seorang alim
yang dapat menjilat dan dapat memutar balik ayat sehingga ia memfatwakan haram melawan
kekuasaan Budha.
Pada saat-saat tertentu dipamerkan pula segala persenjataan berat, alat-alat militer. Lalu
mereka mengundang ulama Islam untuk melihat-lihat, dengan harapan akan tumbuh rasa
takut untuk berontak.
Akan tetapi orang-orang yang teguh dalam keislamannya itu tetap berjuang fi sabilillah,
menegakkan sebuah negeri yang berdaulat berasas Islam ‘Republik Islam Patani’.
Di Malaysia, Freemasonry dan segala unsur pahamnya itu dimasukkan oleh penjajah Inggris
sehingga orang-orang cerdik pandai Malaysia itupun berpaham sekuler dan berpihak pada
Inggris ataupun ingin bebas tetapi tidak mau berasaskan Islam walaupun mereka sendiri
mengaku ber-agama Islam.
Organisasi-organisasi Freemasonry tersebar di Malaysia itu dengan pelbagai bentuk ada
berdasar-kan kebangsaan ataupun organisasi sosial atau pun cabang dari Freemasonry
Inggris.
Segala upacara yang sekuler dikerjakan dan Islam hanya terbatas pada adat, karena jarum
Freemasonry telah masuk dalam tubuh gerakan kemerdekaan, maka partai-partai pun tidak
mau berdasarkan Islam dan tetap sekuler walaupun adat agama adakalanya dibawa juga
seperti salam dan bismillah seperti tercantum dalam konstitusinya itu.
Di Birma kaum Freemasonry dibawa oleh Inggris di antara tokoh-tokohnya yang terkenal :
Thakin. Islam di Birma hampir mengalami seperti di Thailand bahkan ada usaha mengusir
mereka ataupun menjadikannya mereka sekuler, Islam banyak terdapat di Arakan dan
Semelang pada tanah yang berbatasan dengan Patani.
Di Filipina umat Islam dikikis habis tetapi tetap bertahan tak mengenal menyerah, pahampaham
Freemasonry dimasukkan oleh U.S.A. Sehingga terdapat gerakannya yang berterangterang.
Sebagian besar umat Islam Filipina, terdapat di daerah selatan dan Sulu. Siasat pemerintah
Filipina untuk menghancurkan Islam ditempuh dengan berbagai cara, antara lain:
1. Kekerasan sehingga timbul Gerakan Pembebasan Moro untuk melepaskan diri.
2. Melalui pendidikan dengan mensekulerkan anak-anak Islam dan memutar balik fakta
sejarah, diharapkannya anak-anak Islam itupun jauh dari Islam.
3. Membendung ajaran dari luar sehingga daerah Islam terisolisasi dan terbelakang.
4. Membuat Islam tandingan yang mengiakan perintah Nasrani.
Singapura :
Kaum Freemasonry leluasa bergerak dan didu-kung oleh pemerintah yang sekuler itu. Bahkan
markas Freemasonry terbesar terdapat di Singapura. Segala jenis gerakan Freemasonry pun
ada. Organisasi-organisasi ini ada sebagian langsung berhubungan dengan negara Israel.
Orang-orang Freemasonry Asia Tenggara biasa mengadakan semacam musyawarah lengkap
dengan bantuan pemerintah Singapura sendiri, datanglah utusan-utusan dari Kampuchea,
Indo-nesia, Laos, Malaysia, Singapura sendiri, Birma dan beberapa peninjau dari Australia,
Inggris dan Israel.
31 of 82
Indonesia:
Indonesia adalah negara Asia Tenggara yang masuk daftar terbesar, dan bekas jajahan
Belanda. Maka dalam sejarah Belanda sendiri, Negeri Belanda adalah tempat pertemuan
Freemasonry se-Eropa. Di negeri Belanda dan Belgia kaum Free-masonry diperbolehkan, dan
banyak anggota gerakan itu dari para pejabat pemerintah kerajaan Belanda.
Menurut analisis kaum orientalis, bahwa bangsa-bangsa Asia Tenggara itu mudah untuk
dimasuki jarum-jarum Freemasonry, karena ada tabiat umum yang disebut Tiga Tabiat
Tercela, yaitu.: Malas, Pendek Pikiran dan Suka Latah.
Dengan memanfaatkan ketiga sifat itulah, kaum Freemasonry bergerak di Asia Tenggara,
mendapatkan tempat yang subur di Indonesia, sekali-pun penduduknya mayoritas beragama
Islam. Akan tetapi sebagian besar dari mereka, tidak menganut ajaran Islam yang
sesungguhnya. Mereka ini, di Jawa disebut kaum abangan; dan di daerah lainnya, walaupun
mereka itu mengaku beragama Islam tetapi tidak berjiwa Islam, adat istiadatnya yang
merupakan campuran adat setempat, animis, Hindu, Budha dan Nasrani.
Menurut Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia, kerajaan-kerajaan seperti Demak di
Jawa, kerajaan Bone di Sulawesi, kerajaan Pagarruyung di Sumatra walaupun disebut
kerajaan Islam tetapi dalam tata cara dan adat istiadat mereka masih memuja benda-benda
azimat hukum rajam, potong tangan dan sebagainya, belum pernah diberlaku-kan di kerajaankerajaan
yang ada di Indonesia itu. Bahkan jika kita perhatikan keadaan Yogyakarta dan
Surakarta yang di anggap bekas Islam itu yang tampak hanya upacara ‘syirik’.
Gerakan kembali kepada Qur’an dan Sunnah di Indonesia, mendapat tantangan berat dari
penguasa dan juga dari kalangan mereka yang disebut muslim.
Freemasonry dengan segala pengaruhnya itu telah masuk ke Indonesia sejak masa
penjajahan. Gerakan-gerakan kesukuan seperti Budhi Utomo, Paguyuban Pasundan dan
sebagainya. Dalam tingkah gerak dan upacara para pimpinannya, sejalan dengan paham
Freemasonry dalam mem-benci Islam. Ki Hajar Dewantara yang dianggap tokoh Nasional itu
telah memasukkan paham Freemasonry pada anak didiknya. Taman Siswa adalah sebuah
lembaga pendidikan sekuler yang anti pati terhadap Islam, ia menolak pendidikan agama dan
ia membuat pendidikan moral sendiri yang disebut Budi Pekerti. Dalam kepercayaannya
seolah-olah menolak adanya Tuhan Maha Pengatur, segala sesuatu itu ia sebutkan sebagai
Kodrat alam.
Taman Siswa berusaha menjauhkan anak-anak Islam dari agamanya sendiri, jadilah ia anak
sekuler anak yang acuh terhadap agama atau menjadilah ia anak yang menganggap bahwa
semua agama itu sama dan semua agama itu baik.
Partai-partai kebangsaan di Indonesia berpola dari partai kebangsaan Perancis ciptaan: Freemasonry.
Ir. Soekarno dalam semangat juangnya itu ingin meniru jejak Kamal Ataturk, anggota
Freemasonry dari Turki. Dalam tulisan-tulisannya banyak di muat puji-pujian pada pimpinan
Turki yang ber-usaha menghancurkan umat Islam itu.
Sejak awal penjajahan Belanda, mereka telah berusaha sekuat tenaga untuk melumpuhkan
Islam itu dengan jalan-jalan politik Freemasonry. Seperti misalnya, memberikan para alim
ulama surat pengangkatan, dan menetapkan buku-buku pedo-man yang boleh jadi rujukan,
dan buku apa yang terlarang supaya mereka mendidik murid-murid-nya terbatas pada rukun
Iman, atau rukun Islam saja ditambah hikayat-hikayat yang penuh takhayul.
32 of 82
Selain itu, pemerintah Belanda mengambil beberapa orang keturunan Yahudi Belanda untuk
mengendalikan umat Islam di Indonesia, maka diputuslah: Gobe, Snock van Horgronje, Van
der Plass dan
sebagainya.
Organisasi teratur yang pertama yang berbadan hukum ialah Sarikat Dagang Islam pada
tahun 1903 dan kelak berganti nama menjadi Sarikat Islam yang bergerak dalam bidang
politik.
Pada tahun 1914 datanglah ke Semarang orang-orang sosialis dan aktifis Freemasonry
Belanda, mereka sengaja didatangkan untuk memporak porandakan Sarikat Islam. Mereka
adalah: H.F.J.M Sneevliet, J.A. Brandsteder, H.W. Deker dan P. Bergsma. Mereka mendirikan
Indische Sociaal Democratiesche Vereniging.
Pada tahun 1917 M gerakan Freemasonry membangun jaringan-jaringan pada Sarikat Islam.
Selanjutnya, pada tahun 1918 M Sarikat Islam pun dapat di pecah belah dalam dua aliran,
yakni Sarikat Islam sebagai asas, lalu Sarikat Islam yang telah dimasuki Freemasonry itu
dengan unsur-unsur Marxisme-nya, dinamakanlah Sarikat Islam Kiri atau Revolusioner Sosial
dan di pimpin oleh Muso, Alimin, Tan Malaka dan sebagainya.
Pada tahun 1920 I.S.D.V dengan politik Free-masonrynya itu sengaja memecah diri, ada aliran
kanan yang dinamakan Indische Sociaal Demokrasi dan ada aliran kiri yang menyatukan diri
dengan Sarikat Islam Kiri menjadilah ‘Sarikat Merah’, Sarikat Merah pun pada awal 1919 M
mengirimkan utusannya ke Moskwa, dalam membentuk Komin-tern (Komunis Internasional)
yang berpusat di Kremlin Moskwa itu.
Pada 23 Mei 1920 M terbentuklah Partai Komu-nis Indonesia dibawah pimpinan Semaun,
Darsono, anggotanya : Baars.
Pada 12 Nopember 1926 timbullah Partai Nasional Indonesia dan Gerindo, Partai Nasional
Indonesia itu berasaskan Marhaenisme, paham marhaen yang di ambil dari nama seorang
petani Bandung: Marhaen, yang kemudian menjadi akronim dari Marxisme, Haegel dan
Nasionalisme.
Di Indonesia pada masa itu banyak timbul gerakan-gerakan Partai Nasional, dan sering
menumbulkan perdebatan dengan tokoh-tokoh Islam, karena sikap golongan kebangsaan
yang menghina Islam. Ir. Soekarno pada satu segi menerima Islam yang dibawakan oleh
almarhum Ustadz Hassan bin Ahmad, tetapi dalam segi lain Soekarno menolaknya, ia tidak
mau menjadikannya sebagai asas.
Pada tulisan-tulisan Soekarno pada 1927 M telah dirintislah penyatuan paham Nasionalisme,
Islam dan Marxisme. Lihat dalam: Di bawah Bendera Revolusi jilid pertama.
Pada hakekatnya kaum Nasionalisme itu menolak Islam walaupun sebagian anggotanya itu
mengaku beragama Islam. Mereka hanya meng-anggap Islam hanya salah satu adat dan
keper-cayaan bangsa Arab, bahkan pernah salah seorang diantara mereka mengatakan:
‘Digul lebih baik dari pada Mekah!’. Jika kita teliti gerak-gerik kaum kebangsaan, ucapanucapannya,
tulisan-tulisannya dapat ditarik kesimpulan, bahwa mereka sebenarnya adalah
pelaksana dari program Freemasonry di Indonesia.?
33 of 82
Bab 6 : Operasi Ular Berbisa di Indonesia
Bung Karno, sebuah nama legendaris di Indonesia. Kebesaran namanya telah melampaui
jasa-jasanya. Di mata pengagumnya, Bung Karno, presiden RI pertama, hampir-hampir tidak
memiliki sisi negatif. Bahkan sebagian besar rakyat muslim pernah mengangkatnya sebagai
Ulil Amri Ad-Dharury bis Syaukah.
Seorang sejarawan Arab, bernama Dr. Abdullah Tal, mencoba meneropong sisi kehidupan
Soekarno dari presfektif yang sama sekali berbeda dengan yang kita kenal selama ini.
Selengkapnya, ikutilah tulisan beliau di bawah ini yang kami terjemahkan dari kitab Al-’Afal
Yahudiyah fi Ma’aqilil Islami (Operasi Ular Berbisa di negara-negara Islam). Kitab ini menyoroti
sepak terjang pemimpin- pemimpin negara yang menjadi agen-agen Zionis dan beroperasi di
negara-negara Islam.
INDONESIA merupakan negara dengan penduduk terbesar kelima setelah Cina, India, Uni
Sovyet dan Amerika Serikat. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 3000
pulau lebih, yang terbesar adalah Irian, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Luas wilayahnya
mencapai 735.865 mil persegi8) dan termasuk negeri terkaya di dunia. Dalam pembahasan ini
kami hendak mengetengahkan bahaya yang dihadapi negeri besar ini, karena sepak terjang
Zionisme Internasional dan Komunis yang mencengkeram negeri tersebut.
Sembilan puluh persen dari penduduknya beragama Islam. Islam tidak pernah menghadapi
suatu tempat yang begitu dipenuhi oleh pemikiran dan keyakinan yang berlawanan dengan
Islam seperti yang terjadi di Indonesia. Yaitu perintang dari agama Hindhu dan Budha , pada
masa-masa takhayul dan khurafat dahulu. Islam menghadapi keadaan ini dengan penuh
semangat ketenangan dan maju dengan langkah damai, jauh dari senjata, tentara, dan
armada tempur; tetapi hanya dengan mengandalkan kekuatan yang terkandung dalam ajaran
Islam yang bersifat toleran, sederhana, dan utuh. Ketika benteng-benteng perintang yang
begitu kokoh mengalami serbuan dakwah, tiba-tiba hati dan pikiran penduduknya terbuka
untuk menerima kebenaran. Dengan begitu Islam tersiar, berkembang dan mendapatkan
ribuan pemeluk tanpa kekerasan dan paksaan. Tiba-tiba mayoritas dari penduduk kepulauan
ini beriman kepada Allah dan Muhammad rasulullah saw. dengan suatu cara yang hampirhampir
merupakan muk-jizat. Para pedagang Muslim yang datang menye-barkan Islam ke
negeri ini melakukannya tidak sebagaimana badan-badan kristenisasi yang dilengkapi dengan
ilmu, kemampuan, dan dana organisasi yang teratur, tetapi mereka mela-kukannya secara
individual yang ditopang oleh keimanan yang mendalam, dan semangat yang tinggi di dalam
diri mereka, sehingga berhasillah mereka mewujudkan keajaiban tersebut, sehingga Allah
memberikan balasan yang baik kepada mereka. Dengan demikian menjadi jelaslah secara
ilmiah, bahwa Islam tidak disebarkan melalui pedang.
Penyebaran Islam di kepulauan Indonesia (dahulu disebut kepulauan Melayu) telah tuntas
sebelum datangnya penjajah Belanda yang meram-pas negeri ini sejak abad ke-16.9) Kolonial
Belanda baru keluar dari negeri ini setelah serbuan Jerman dan Jepang pada tahun 1942, dan
angkatan perang Jepang berhasil menduduki seluruh kepulauan Melayu, kemudian hengkang
dari negeri ini pada tahun 1945 setelah Amerika menjatuhkan bom atomnya di Hiroshima,
sehingga mempercepat kemenangan Amerika dalam Perang Dunia ke II ini.
Setengah abad pertama dari masa penjajahan Belanda selama 3,5 abad di Indonesia,
Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari puluhan juta rakyat Muslim Indonesia yang
miskin atas kekejaman kolonialisme yang keji. Dalam masa perla-wanan baik yang dilakukan
di bawah tanah maupun terang-terangan, muncullah tokoh-tokoh pejuang Indonesia seperti
Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Soekarno, Ahmad Soebardjo,
Sjahrir, dan Kasman Singodimedjo.
34 of 82
Sewaktu penjajahan Jepang, para tokoh di atas dan lain-lainnya melakukan perlawanan
secara rahasia terhadap Jepang, tetapi Soekarno adalah salah satu tokoh yang mengajak
bekerja sama dengan angkatan perang penjajah Jepang, karena itu dia dianggap sebagai
tokoh yang moderat 10). Penjajah Belanda dan Jepang memaksa Soekarno untuk menjadi
juru bicaranya, dengan imbalan, Soekarno diangkat sebagai tokoh utama lantaran
kemampuannya yang luar biasa dalam mem-pengaruhi pikiran publik. Ia dicintai oleh rakyat,
dan di depan namanya mereka tambahkan kata Ahmad, sehingga nama lengkapnya menjadi
Ahmad Soekarno. Hubungan Soekarno dengan Islam sama persis sebagaimana Kemal
Attaturk di Turki dengan Islam, yang secara lahiriah menam-pakkan perhatiannya kepada
Islam, tetapi di balik itu, ia melakukan tipu daya terhadap rakyat dan ulama guna
memantapkan kekuasaan seperti yang diperbuat oleh Kemal Attaturk. Begitulah yang
dilakukan oleh Soekarno sejak ia memegang kekuasaan di Indonesia sebagai presiden pada
23 Agustus 1945.11) Soekarno dengan terang-terangan tidak mengacuhkan Islam dan
menyatakan perang terhadap partai-partai Islam dan menggalakkan kemajuan partai Komunis
serta badan-badan penyebaran Kristen dengan biaya negara. Ringkas-nya tindakan-tindakan
Soekarno yang busuk itu, telah menjerumuskan Indonesia ke dalam suasana kacau dan
kemelut yang terjadi dewasa ini, yaitu :
Sejak ia memegang kekuasaan telah meng-umumkan strategi tipu dayanya yang pertama
dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar dan filsafat negara bangsa Indonesia. Pancasila
ini terdiri dari ke-Tuhan-an yang Maha Esa, Kema-nusiaan, Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat,
dan Keadilan Sosial. Kata-kata Pancasila ini selalu diucapkan berulang-ulang oleh orang
Indonesia yang secara sepintas terlihat baik dan membawa “rahmat” tetapi pada hakikatnya
adalah racun yang ditebarkan oleh Soekarno untuk tujuan menggalang kerja sama antara
rakyat Indonesia yang 90% Muslim dengan golongan-golongan lain, terutama sekali dengan
golongan Komunis dalam kedudukan yang sama.
Alasannya adalah, untuk menyatukan barisan nasional dalam menghadapi kekuatan kolonial.
Soekarno memecah belah kekuatan revolusioner yang sebenarnya, terutama sekali partai
Masyumi dan Syarikat Islam yang merupakan kekuatan penentang penjajah Belanda dan
Jepang. Bahkan para tokoh utama dari pejuang-pejuang tersebut dipenjarakan oleh Soekarno
seperti Mohammad Natsir, mantan Perdana Menteri setelah Prok-lamasi, Dr. Sjahrir, Ahmad
Soebardjo, mantan Menteri Luar Negeri, Burhanuddin Harahap, mantan Perdana Menteri
tahun 1955, Mohammad Roem, mantan ketua delegasi perundingan Konferensi Meja Bundar
tahun 1949 dan Menteri Pendidikan, karena Kementerian ini melarang penerbitan buku dan
selebaran-selebaran anti Komunis yang begitu gencar di negeri ini. Beberapa tahun setelah
Soekarno memegang kekuasaan, teman-temannya yang dahulu berjuang bersamanya,
dijebloskan ke dalam penjara atau dikenai tahanan rumah atau tahanan rumah sakit, karena
mereka menghalangi langkah Soekarno untuk menghancurkan Islam dan menyerahkan
Indonesia ke tangan Komunis serta golongan Kristen.
Soekarno menggalakkan para misionaris untuk menyebarkan Kristen dalam bentuk yang
belum pernah terjadi sebelumnya, sekalipun pada masa penjajahan Belanda yang
berlangsung 300 tahun lebih. Pemerintah Soekarno turut mendanai badan-badan misionaris
Kristen bahkan ia mengijinkan Kristenisasi di kalangan militer Indonesia atas biaya negara.
Ada sebanyak 260 tokoh-tokoh Pendeta Kristen Protestan yang bekerja di lingkungan militer
dengan gaji negara.12) Pada masa Soekarno dan dalam sejarah Islam pertama di Indonesia
terjadi ribuan orang Islam pindah ke agama Kristen dengan sepenge-tahuan pemerintah
Soekarno. Akibat dari politik ini, maka dengan cepat jumlah orang Kristen mencapai lebih dari
5 Juta orang yang berarti berlipat ganda sekian kali jumlahnya dibandingkan masa penjajahan
Belanda.
35 of 82
Soekarno menggalakkan Komunis dan menge-labui rakyat Indonesia dengan doktrin
Nasakom-nya guna menggalang kerja sama antara kaum Muslimin dan golongan Komunis
untuk mela-wan penjajah. Rakyat menerima ajakan pemim-pin besarnya, karena mereka
menganggap munculnya kolonialis baru yang mengancam negeri mereka dan untuk
menghadapi bahaya penjajahan yang fatamorgana ini hanya bisa dilakukan dengan cara
bekerja sama antara golongan Islam dan golongan Komunis.13) Dengan demikian golongan
Komunis menjadi kuat berkat bantuan pemerintah sendiri dan paham Komunis meresap ke
seluruh penjuru negeri, bahkan ke dalam tubuh militer Indonesia sendiri. Para perwira yang
Komunis memberikan latihan militer kepada ribuan teman-teman Komunisnya untuk
menghadapi hari H.14) Kerja sama antara Soekarno dan golongan Komunis tidak lagi menjadi
rahasia bagi setiap orang di Indonesia maupun di luar negeri, kecuali mereka yang terbuai
oleh kelicikan Soekarno pada masa-masa perjuangan bawah tanah dan terang-terangan di
masa lalu. Patut diketahui bahwa jumlah kaum Komunis telah berkembang menjadi 3 Juta
lebih di masa Soekarno padahal di zaman penjajahan Belanda hanya beberapa ribu orang
saja.15)
Soekarno melicinkan jalan bagi kolega-kolega Cina Komunis untuk menguasai perekonomian
negeri ini sehingga jumlah orang-orang Cina yang menonjol semakin besar. Begitu juga
penyebaran majalah Yahudi yang dicetak di India dengan beraninya disalurkan melalui
Kedutaan India di Jakarta. Soekarno melayani kepentingan Yahudi tidak secara langsung,
tetapi melalui partai Komunis yang menjadi kepanjangan tangan dari gerakan Zionisme Yahudi
Internasional. Adakah pelayanan yang lebih besar bagi kepentingan Yahudi lebih dari upaya
menyerahkan negeri yang besar ini ke tangan golongan Komunis dan menempatkan negeri ini
di bawah pengaruh Komunis RRC ataupun Komunis Rusia ?.
Hari H
Soekarno merasa bahwa ajalnya sudah hampir tiba, maka dia tidak ingin mati sebelum dapat
memberikan pelayanan terakhir yang berharga kepada kolega Komunisnya. Ia menyadari
bahwa sangat sulit menjebol akar Islam bila dia telah mati. Karena itu dia ingin menyelesaikan
urusan ini dan menyerahkan kekuasaan negara kepada Partai Komunis, baru kemudian dia
bisa dengan tenang menutup mata untuk selamanya. Soekarno tidak perlu berpikir keras
mencari solusi, karena kolega-koleganya yang berpengalaman cukup lihai untuk mencari
solusi dan dalih sebagai justifikasi (pembenar). Mereka adalah intelijen-intelijen yang pandai
menciptakan kebohongan dan membuat fitnah kepada tokoh-tokoh yang baik. Oleh karena itu,
Soekarno bersepakat dengan mereka untuk mengadakan revolusi sehingga kelak kekuasaan
pemerintah jatuh ke tangan mereka. Mereka lalu mengadakan komplotan dan fitnah dengan
menyebarkan tuduhan bahwa ada beberapa jenderal Muslim yang berniat untuk
menggulingkan Soekarno. Komplotan yang palsu ini mendorong perwira-perwira Komunis
untuk melakukan tindakan dan menghabisi sejumlah Jenderal serta teman dan pendukung
mereka. Operasi pemban-taian yang keji ini telah berlangsung dengan cara-cara yang sangat
mengerikan pada awal Oktober 1965. Bahkan salah seorang puteri dari Jenderal tersebut mati
ditembus oleh peluru kaum Komunis, karena bapaknya yang Jenderal bersembunyi di
belakang tembok taman dan lepas dari maut.
Kaum Komunis membantai 6 orang Jenderal dalam satu waktu dan mereka dapat menguasai
angkatan udara serta sejumlah besar kelompok militer. Mereka mengumumkan, bahwa
mereka telah melakukan pembunuhan tersebut demi menyelamatkan pemimpin besar
Soekarno dari usaha kudeta yang telah disiapkan oleh beberapa Jenderal. Allah masih
berkehendak untuk menye-lamatkan Negeri ini dengan munculnya perlawanan yang dipimpin
oleh Nasution, seorang Jenderal beragama Islam dan Soeharto sebagai koleganya.
Komplotan ini dapat dibasmi dan terungkap tipu daya serta kebohongannya. Cara-cara
komplotan ini melakukan pembasmian, teror, dan pembunuhan massal yang tidak mengenal
36 of 82
belas kasihan atau adab sopan dan adat-istiadat. Pada akhirnya terungkap apa yang
sebebnarnya terjadi dan membuat Soekarno jatuh dari kekuasaannya karena telah berkomplot
dengan Partai Komunis. Kemudian muncullah pemerintahan baru untuk melakukan penertiban
dan pemulihan keamanan. Peran Soekarno di Indonesia akhirnya terungkap, dan ia tidak
sanggup lagi melindungi Partai Komunis untuk menutup kesalahannya yaitu pengkhianatan
dan tipu daya. Soekarno hanya dapat melakukan pembelaan melalui pidato guna
menyelamatkan apa yang masih dapat diselamat-kan dari reruntuhan komplotan Komunis
dengan dirinya.
Suatu saat dia berpidato : ”Bahwa golongan-golongan yang berusaha untuk menghabisi Partai
Komunis di Indonesia ibaratnya seperti orang yang berusaha mematahkan besi”. Saat yang
lain dia berpidato untuk meminta didirikan monumen bagi kaum Komunis yang telah
memberikan pengor-banan besar dalam perjuangan kemerdekaan negeri ini .16) Soekarno
hari ini telah berada di ambang sakaratul maut politiknya, yang kelak waktulah akan
mengungkapkannya sebelum ajalnya datang, apakah dia termasuk dalam barisan pahlawan
atau penghianat.17) Soekarno bukan orang bodoh atau dungu jika kita ingin mengatakan,
bahwa kebi-jakan-kebijakan yang dilakukannya adalah dilan-dasi oleh niat baik, tetapi telah
terjadi kesalahan di sana-sini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang amat lihai karena ia
mampu memainkan peran rahasia dan melayani kepentingan Yahudi Inter-nasional sepenuh
hati, dan rasa tanggung jawab sekalipun dengan mengorbankan masa lalunya dan masa
kininya serta menghadapi bahaya dalam hidupnya demi mensukseskan peran yang diletakkan
di atas pundaknya, dan menjalankan sandiwara di atas panggung sejarah Indonesia.
Karena sesungguhnya Soekarno adalah seorang keturunan Yahudi suku Dunamah.18)Allah
telah melindungi Indonesia dan rakyatnya yang Muslim dan pem-berani dan militernya yang
ksatria yang telah berhasil menghancurkan kekuatan Komunis terbesar di luar negara-negara
Komunis. (Diter-jemahkan dari “ Al Af’al Yahudiyah fii Ma’aqilil Islami, Dr, Abdullah Tal, bab V,
hal. 128-133, terbitan Al Maktab Al Islamy, Beirut, 26 Agustus 1971). ?
Bab 7 : Pancasila Soekarno
DALAM masa pendudukan Jepang di Indonesia, Kekaisaran Jepang, melalui Perdana Menteri
Kuniaki Koiso mengumumkan janji pemberian kemerdekaan kepada segenap rakyat
Indonesia. Pengumuman ini dikeluarkan di depan resepsi istimewa The Imperial Diet yang ke
85 pada 7 September 1944.
Langkah pertama pelaksanaan janji ini ialah pembentukan “Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai” atau
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April
1945, hari ulang tahun Kaisar Jepang. Badan Penyelidik yang beranggotakan 62 orang ini,
termasuk Dr. Rajiman Widyodiningrat dan R.P. Soeroso masing-masing sebagai Ketua dan
Wakil Ketua, dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 dan menyelesaikan tugasnya di Gedung
Pejambon dalam dua kali sidang. Pertama, berlangsung dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1
Juni 1945. Dan yang kedua, berlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945. Pada
hari terakhir sidang pertama, Soekarno, salah seorang anggota Badan Penyelidik,
menyampaikan pidato sebagai berikut:
Saudara-saudara! sesudah saya bicarakan tentang hal “merdeka”, maka sekarang saya
bicarakan tentang hal dasar.
Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan Ketua kehendaki!
Paduka tuan Ketua minta dasar, minta philosophische grondslag, atau, jikalau kita boleh
memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan Ketua yang mulia meminta suatu
“Weltanschauung”, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu.
Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan banyak di antara
negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu “Weltanschauung”. Hitler mendirikan
37 of 82
Jermania di atas “national-sozialistische Weltanschauung”, filsafat-nasional-sosialisme telah
menjadi dasar negara Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler itu. Lenin mendirikan negara
Sovyet di atas satu “Weltanschauung”, yaitu Marxistische, Historisch-Materialistische
Weltanschauung. Nippon mendiri-kan negara Dai Nippon di atas satu “Weltans-chauung”,
yaitu yang dinamakan “Tennoo Koodoo Seishin”. Di atas “Tennoo Koodoo Seishin”, inilah
negara Dai Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan negara Arabia di atas satu
“Weltanschauung”, bahkan di atas satu dasar agama, yaitu Islam. Demikian itulah yang
diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia: Apakah “Weltanschauung” kita, jikalau kita
hendak mendiri-kan Indonesia yang merdeka?
Tuan-tuan sekalian, “Weltanschauung” ini sudah lama harus kita bulatkan di dalam hati kita
dan di dalam pikiran kita, sebelum Indonesia Merdeka datang. Idealis-idealis di seluruh dunia
bekerja mati-matian untuk mengadakan bermacam-macam “Weltanschauung”, bekerja matimatian
untuk me-realiteitkan” “Weltanschauung” mereka itu. Maka oleh karena itu, sebenarnya
tidak benar perkataan anggota yang terhormat Abikusno, bila beliau berkata, bahwa banyak
sekali negara-negara mer-deka didirikan di dalam 10 hari oleh Lenin c.s”, - John Reed, di
dalam kitabnya: Ten days that shook the world, “sepuluh hari yang menggoncangkan dunia”,
walaupun Lenin mendirikan Sovyet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi “Weltanschauung” telahnya
tersedia berpuluh-puluh tahun. Terlebih dulu telah tersedia “Weltanschauung”-nya, dan di
dalam 10 hari itu hanya sekedar direbut kekuasaan, dan ditempatkan negara baru itu di atas
“Weltanschauung” yang sudah ada. Dari 1895 “Weltanschauung”itu telah disusun. Bahkan
dalam revolutie 1905, Weltans-chauung itu “dicobakan”, di “generale-repetitie-kan”.
Lenin, di dalam revolusi tahun 1905 telah mengerjakan apa yang dikatakan oleh beliau sendiri
“generale-repetitie” dari pada revolusi tahun 1917. Sudah lama sebelum 1917,
“Weltanschauung” itu disedia-sediakan, bahkan diikhtiar-ikhtiarkan. Kemudian, hanya dalam
10 hari, sebagai dikatakan oleh John Reed, hanya dalam 10 hari itulah didirikan negara baru,
direbut kekuasaan, ditaruh-kan kekusaan itu diatas “Weltanschauung” yang telah berpuluhpuluh
tahun umurnya itu. Tidakkah pula Hitler demikian?
Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki singgasana kekuasaan, mendirikan negara Jermania di
atas National-sozialistische Weltanschauung. Tetapi kapankah Hitler mulai menyediakan dia
punya “Weltanschauung” itu? Bukan di dalam tahun 1933, tetapi di dalam tahun 1912 dan
1922 beliau telah bekerja, kemudian mengikhtiarkan pula, agar supaya Nazisme ini,
“Weltanschauung” ini, dapat menjelma dengan dia punya “ Munchener Putsch”, tetapi gagal.
Di dalam 1933 barulah datang saatnya yang beliau dapat merebut kekua-saan, dan negara
ditelakkan oleh beliau di atas “Weltanschauung” yang telah dipropagandakan berpuluh-puluh
tahun itu.
Maka demikian pula, jika kita hendak mendiri-kan negara Indonesia Merdeka, Paduka tuan
Ketua, timbullah pertanyaan: Apakah “Weltanschauung” kita, untuk mendirikan negara
Indonesia Merdeka diatasnya? Apakah nasional-sosialisme? Apakah historisch-materialisme?
Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan oleh doktor Sun Yat Sen?
Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok Merdeka, tetapi “Weltanschauung”
nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah, dipikirkan, dirancangkan. Di
dalam buku “The three people’s principles” San Min Chu I, - Mintsu, Minchuan, Min Sheng, -
nasionalisme, demokrasi, sosialisme, - telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen
Weltanschauung itu, tetapi baru dalam tahun 1912 beliau mendirikan negara baru di atas
“Weltanschauung” San Min Chu I itu, yang telah disediakan terdahulu berpuluh tahun.
Kita hendak mendirikan negara Indonesia, merdeka di atas “Weltanschauung” apa? Nasionalsosialisme-
kah, Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau “Weltanschauung” apakah?
38 of 82
Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah
dikemuka-kan macam-macam, tetapi alangkah benar perkataan dr. Soekiman, perkataan Ki
Bagus Hadikusumo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan paham. Kita
bersama-sama mencari persatuan philosophische grondslag, mencari satu “Weltanschauung”
yang kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju! Yang saudara Yamin setuju, yang Ki Bagus
setujui, yang Ki Hajar setujui, yang sdr. Sanusi setujui, yang sdr. Abikusno setujui, yang sdr.
Lim Kun Hian setujui, pendeknya kita semua mencari modus. Tuan Yamin, ini bukan
compromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal yang kita bersama-sama setujui.
Apakah itu? Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan
Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara
Indonesia Merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk
meng-agungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya,
untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan?
Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang bernama kaum
kebang-saan yang disini, maupun saudara-saudara yang dinamakan Islam, semuanya telah
mufakat, bahwa bukan negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan
suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik
golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi “semua buat semua”. Inilah salah
satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di dalam
saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokoritsu Zyunbi
Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik
dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan.
Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia.
Saya minta, saudara Ki Bagus Hadikusumo dan saudara-saudara Islam lain: maafkanlah saya
memakai perkataan “kebangsaan” ini! Sayapun orang Islam. Tetapi saya minta kepada
saudara-saudara, janganlah saudara-saudara salah paham jikalau saya katakan bahwa dasar
pertama buat Indonesia ialah dasar kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti
yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat, seperti yang saya katakan dalam
rapat di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale staat Indonesia bukan
berarti staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagus Hadikusumo katakan kemarin, maka
tuan adalah orang bangsa Indonesia, nenek tuanpun bangsa Indonesia, datuk-datuk tuan,
nenek moyang tuanpun bangsa Indonesia. Di atas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti
yang dimaksudkan oleh saudara Ki Bagus Hadikusumo itulah, kita dasarkan negara Indonesia.
Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski saya di dalam rapat besar
di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah menerang-kannya. Marilah saya uraikan lebih jelas
dengan mengambil tempo sedikit: Apakah yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya
bangsa?
Menurut Renan syarat bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Perlu orang-orangnya merasa
diri bersatu dan mau bersatu.
Ernest Renan menyebut syarat bangsa: “le desir d’etre ensemble”, yaitu kehendak akan
bersatu. Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu satu gerombolan
manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu.
Kalau kita lihat definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam bukunya “Die Nationalitatenfrage”,
disitu ditanyakan: “Was ist eine Nation?” dan jawabnya ialah: “Eine Nation ist eini
aus Schiksalsgemeinschaft erwachsene Caharakter-gemeinschaft”. Inilah menurut Otto Bauer
satu natie. (Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib).
39 of 82
Tetapi kemarinpun, tatkala, kalau tidak salah, Prof. Supomo mensitir Ernest Renan, maka
anggota yang terhormat membuat rencana. Yamin berkata: “verouderd”, “sudah tua”. Memang
tuan-tuan sekalian, definisi Ernest Renan sudah “verouderd”, sudah tua. Definisi Otto Bauer
pun sudah tua. Sebab tatkala Ernest Renan mengadakan definisinya itu, tatkala Otto Bauer
mengadakan definisinya itu, tatkala itu belum timbul satu wetenschap baru, satu ilmu baru,
yang dinamakan Geopolitik.
Kemarin, kalau tidak salah, saudara Ki Bagus Hadikusumo, atau tuan Munandar, mengatakan
tentang “Persatuan antara orang dan tempat”. Persatuan antar orang dan tempat, tuan-tuan
sekalian!
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di
bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar melihat orangnya. Mereka
hanya memikir-kan “Gemeinschaft”nya dan perasaan orangnya, “I ame et le desir”. Mereka
hanya mengingat karakter, tidak mengingat tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami
manusia itu. Apakah tempat itu? Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan
Allah swt membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat
menunjukkan dimana “kesatuan-kesatuan” disitu. Seorang anak kecilpun, jikalau ia melihat
peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan.
Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau-pulau di antara 2 lautan
yang besar Lautan Pacific dan lautan Hindia, dan di antara 2 benua, yaitu benua Asia dan
benua Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera,
Borneo, Selebes, Halmahera, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil
diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta
bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir Timur benua Asia sebagai
“golfbreker” atau penghadang gelombang lautan Pacifis, adalah satu kesatuan.
Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi
oleh lautan Hindia yang luas dan gunung Himalaya. Seorang anak kecil pula dapat
mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan.
Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai satu kesatuan pula. Itu ditaruhkan oleh
Allah swt demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athena saja, bukan Macedonia saja, tetapi
Sparta plus Athene plus Macedonia plus daerah Yunani yang lain-lain, segenap kepulauan
Yunani, adalah satu kesatuan.
Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita? Menurut geopolitik,
maka Indonesialah Tanah air kita . Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera
saja, atau Borneo saja atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap
keperluan yang ditunjuk oleh Allah swt menjadi satu kesatuan antara dua benua dan dua
samudera, itulah Tanah air kita!
Maka jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat dan buminya,
maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oleh Ernest Renan dan Otto Bauer itu. Tidak
cukup “le desir d’etre ensemble”, tidak cukup definisi Otto Bauer “aus Schiksalsgemeinschaft
erwachsene Charakter-gemeinschaft” itu. Maaf saudara-saudara, saya mengambil contoh
Minangkabau. Diantara bangsa di Indonesia, yang paling ada “desir d’etre ensem-ble”, adalah
rakyat Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2,5 milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu
keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuan, melainkan hanya satu bahagian kecil dari
pada satu kesatuan! Penduduk Yogya pun adalah merasa “le desir d’etre ensemble”, tetapi
Yogya pun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di Jawa-Barat rakyat
Pasundan sangat merasakan “le desir d’etre ensemble” tetapi Sundapun hanya satu bahagian
kecil dari pada satu kesatuan.
40 of 82
Pendek kata bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang
hidup dengan “le desir d’etre ensemble” diatas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau
Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusiamanusia
yang, menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah swt tinggal dikesatuannya
semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Papua! Seluruhnya!
Karena antara manusia 70.000.000 ini sudah ada “le desir d’etre ensemble”, sudah terjadi
“Charaktergemeinschaft”! Natie Indonesia, bangsa Indonesia, ummat Indonesia jumlah
orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000 yang telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!
(tepuk tangan hebat).
Kesinilah kita semua harus menuju : men-dirikan satu nationale Staat, di atas kesatuan bumi
Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Papua. Saya yakin tidak ada satu golongan diantara
tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam maupun golongan yang dinamakan “golongan
kebangsaan”. Kesinilah kita harus menuju semuanya.
Saudara-saudara, jangan orang mengira , bahwa tiap-tiap negara merdeka adalah satu
natinale staat! Bukan Pruisen, bukan Beiren, bukan Saksen adalah nationale staat, tetapi
seluruh semenanjung di Laut Tengah, yang di Utara dibatasi oleh pegunungan Alpen, adalah
nationale staat. Bukan Benggala, bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh
segitiga Indialah nanti harus menjadi nationale staat.
Demikian pula bukan semua negeri-negeri ditanah air kita yang merdeka dijamin dahulu,
adalah natoinale staat. Kita hanya 2 kali mengalami nationale staat, yaitu dijaman Sri Wijaya
dan dijaman Majapahit. Diluar dari itu kita tidak mengalami nationale staat. Saya berkata
dengan penuh hormat kepada kita punya raja-raja dahulu, saya berkata dengan beribu-ribu
hormat kepada Sultan Agung Hanyokrokusumo bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan
nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Perabu Siliwangi di Pajajaran, saya berkata,
bahwa kerajaannya bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Agung
Tirtayasa, saya berkata, bahwa kerajaannya di Banten, meskipun merdeka, bukan nationale
staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanuddin di Sulawesi yang telah membentuk
kerajaan Bugis, saja berkata, bahwa tanah Bugis yang merdeka itu bukan nationale
staat.
Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri dijaman Sri Wijaya dan Majapahit,
dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama. Karena itu, jikalau tuan-tuan terima
baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara yang pertama : Kebangsaan Indonesia.
Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera,
bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang
bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat. Maaf, Tuan Lim Kun Hian, Tuan tidak mau
akan kebangsaan ? Di dalam pidato tuan, waktu ditanya sekali lagi oleh Paduka Tuan Fuku-
Kaityoo, Tuan menjawab : “Saya tidak mau akan kebangsaan”.
Tuan Lim Kun Hian : Bukan begitu, ada sambungannya lagi.
Tuan Sukarno : Kalau begitu, maaf, dan saya mengucapkan terima kasih, karena tuan Lim
Kun Hian pun menyetujui dasar kebangsaan. Saya tahu, banyak juga orang-orang Tionghoa
klasik yang tidak mau akan dasar kebangsaan, karena mereka memeluk paham
kosmopolitisme, yang mengatakan tidak ada kebangsaan, tidak ada bangsa.Bangsa Tionghoa
dahulu banyak yang kena penyakit kosmopo-litisme, sehingga mereka berkata bahwa tidak
ada bangsa Tionghoa, tidak ada bangsa Nippon, tidak ada bangsa India, tidak ada bangsa
Arab, tetapi semuanya “menschheid”, “peri kemanusiaan”. Tetapi Dr. Sun Yat Sen bangkit,
memberi penga-jaran kepada rakyat Tionghoa, bahwa ada kebang-saan Tionghoa! Saya
mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk dibangku sekolah H.B.S. di Surabaya,
saya dipengaruhi oleh seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran
kepada saya, - katanya : jangan berpaham kebang-saan, tetapi berpahamlah rasa
41 of 82
kemanusiaan sedunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun
17. Tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, - ialah
Dr. Sun Yat Sen! Di dalam tulisannya “San Min Chu I” atau “The Three People’s Principles”,
saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan oleh A. Baars itu.
Dalam hati saja sejak itu tertanam-lah rasa kebangsaan, oleh pengaruh “The Three people’s
principles” itu. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun
Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia yang
dengan perasaan hormat-sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat
Sen, sampai masuk ke lobang kubur. (Anggota-anggota Tionghoa bertepuk tangan).
Saudara-saudara. Tetapi…. tetapi…..memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya!
Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasional- isme menjadi chauvinisme, sehingga
berpaham “Indonesia Uber Alles”. Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa
berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya
satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini !
Gandhi berkata: “Saya seorang nasionalisme, tetapi kebangsaan saya adalah peri kemanusiaan”
My nationalisme is humanity”.
Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebang-saan yang menyendiri, bukan chauvinisme,
sebagai dikobar-kobarkan orang di Eropa, yang mengatakan “Deutschland uber Alles”, tidak
ada yang setinggi “Jermania, yang katanya bangsanya minulyo, berambut jagung dan bermata
biru, “bangsa Aria”, yang dianggapnya tertinggi diatas dunia, sedang bangsa lain-lain tidak ada
harganya. Jangan kita berdiri diatas asas demikian, Tuan-tuan, jangan berkata, bahwa bangsa
Indonesialah yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju
persatuan dunia, persaudaraan dunia.
Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula
kepada kekeluargaan bangsa-bangsa.
Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch principe yang nomor dua, yang saja
usulkan kepada Tuan-tuan, yang boleh saya namakan “internasionalisme”. Tetapi jikalau saya
katakan internasionalisme, bukanlah saya ber-maksud kosmopolitisme, yang tidak mau
adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada
Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain-lainnya.
Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya
nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman-sarinya
internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara-saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertamatama
saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.
Kemudian, apakah dasar yang ke-3? Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar
permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara
untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat
semua”, satu buat semua, semua buat satu”. Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk
kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan.
Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita, sayapun, adalah
orang Islam,-maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh belum sempurna, -tetapi kalau
saudara-saudara membuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan-tuan akan
dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung Karno ini, ingin membela Islam
dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga
42 of 82
keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam Badan
Perwakilan Rakyat.
Apa-apa yang belum memuaskan, kita bicara-kan di dalam permusyawaratan. Badan
perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan Islam. Disinilah kita
usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita rasa perlu bagi perbaikan.
Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya, agar-supaya
sebagian yang terbesar daripada kursi- kursi badan perwakilan rakyat yang kita adakan,
diduduki oleh utusan-utusan Islam. Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian
besarnya rakyat Islam, dan jikalau memang Islam di sini agama yang hidup berkobar-kobar di
dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu,
agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam kedalam badan perwakilan
ini. Ibaratnya badan perwakilan Rakyat 100 orang anggotanya, marilah kita bekerja, bekerja
sekeras-kerasnya, agar supaya 60,70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini
orang Islam, pemuka-pemuka Islam. Dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan
perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula. Malahan saya yakin, jikalau hal yang demikian itu
nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam benar-benar hidup di dalam jiwa
rakyat, sehingga 60%, 70%, 80%, 90% utusan adalah orang Islam, pemuka-pemuka Islam,
ulama-ulama Islam. Maka saya berkata, baru jikalau demikian, hiduplah Islam Indonesia, dan
bukan Islam yang hanya diatas bibir saja. Kita berkata, 90% dari pada kita beragama Islam,
tetapi lihatlah di dalam sidang ini berapa % yang memberikan suaranya kepada Islam? Maaf
seribu maaf, saya tanya hal itu! Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum hidup
sehidup-hidupnya di dalam kalangan rakyat. Oleh karena itu, saya minta kepada saudarasaudara
sekalian, baik yang bukan Islam, maupun terutama yang Islam, setujuilah prinsip
nomor 3 ini, yaitu prinsip permusyawaratan, perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada
perjuangan sehebat-hebatnya. Tidak ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau di
dalam badan perwakilannya tidak seakan-akan bergolak men-didih kawah Candradimuka,
kalau tidak ada perjuangan paham di dalamnya. Baik di dalam staat Islam, maupun di dalam
staat Kristen, perjuangan selamanya ada. Terimalah prinsip nomor 3, prinsip mufakat, prinsip
pewakilan rakyat! Di dalam perwakilan rakyat saudara-saudara Islam dan saudara-saudara
Kristen bekerjalah sehebat-hebat-nya. Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap
letter di dalam peraturan-peraturan negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah matimatian,
agar supaya sebagian besar dari pada utusan-utusan yang masuk badan perwakilan
Indonesia ialah orang Kristen. Itu adil-fair play! Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara
hidup, kalau tidak ada perjuangan di dalamnya. Jangan kira di Turki tidak ada perjuangan.
Jangan kira dalam negara Nippon tidak ada pergeseran pikiran. Allah Subhanahuwa Ta’ala
memberi pikiran kepada kita, agar supaya dalam pergaulan kita sehari-hari, kita selalu
bergosok, seakan-akan menumbuk mem-bersihkan gabah, supaya keluar dari padanya beras,
dan beras itu akan menjadi nasi Indonesia yang sebaik-baiknya. Terimalah saudara-saudara,
prinsip nomor 3, yaitu prinsip permusyawaratan!
Prinsip No.4 sekarang saya usulkan. Saya di dalam 3 hari ini belum mendengarkan prinsip itu,
yaitu prinsip kesejahteraan. Prinsip : tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka.
Saya katakan tadi: prinsipnya San Min Chu I ialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng: nationalism,
democracy, socialism. Maka prinsip kita harus: Apakah kita mau Indonesia Merdeka, yang
kaum kapitalnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang
cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi
yang cukup memberi sandang- pangan kepadanya? Mana yang kita pilih, saudara-saudara?
Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwa-kilan Rakyat sudah ada, kita dengan
sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini. Kita sudah lihat, di negara-negara Eropa adalah
Badan Perwakilan, adalah perlementaire democratie. Tetapi tidaklah di Eropa justru kaum
kapitalis merajalela?
43 of 82
Di Amerika ada suatu badan perwakilan rakyat, dan tidaklah di Amerika kaum Kapitalis
merajalela? Tidakkah diseluruh benua Barat kaum Kapitalis merajalela? Padahal ada badan
perwakilan rakyat! Tak lain tak bukan sebabnya, ialah oleh karena badan-badan perwakilan
rakyat yang diadakan disana itu, sekedar menurut resepnya Fransche Revolutie. Tak lain tak
bukan adalah yang dinama-kan democratie disana itu hanyalah politieke democratie saja;
semata-mata tidak ada sociale rechtvaardigheid,-tak ada keadilan sosial, tidak ada
ekonomische democratie sama sekali. Saudara-saudara, saya ingat akan kalimat seorang
pemimpin Perantjis, Jean Jaures, yang menggambarkan politieke democratie. “Di dalam
Perlementaire Democratie, kata Jean Jaures, tiap-tiap orang mempunyai hak sama. Hak politik
yang sama, tiap-tiap orang boleh memilih, tiap-tiap orang boleh masuk di dalam parlement.
Tetapi adakah Sociale rechtvaardigheid, adakah kenyataan kesejahteraan dikalangan rakyat?”
Maka oleh karena itu Jean Jaures berkata lagi :
“Wakil kaum buruh yang mempunyai hak politik itu, di dalam Parlement dapat menjatuhkan
minister. Ia seperti Raja! Tetapi di dalam dia punya tempat bekerja, di dalam pabrik,-sekarang
ia menjatuhkan minister, besok dia dapat dilempar keluar kejalan raja, dibikin werkloos, tidak
dapat makan suatu apa”.
Adakah keadaan yang demikian ini yang kita kehendaki?
Saudara-saudara, saya usulkan: Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi
barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek-economische democratie
yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! Rakyat Indonesia sudah lama bicara
tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan paham Ratu-Adil, ialah sociale
rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan,
kurang pakaian, menciptakan dunia-baru yang di dalamnya ada keadilan, dibawah pimpinan
Ratu-Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat,
mencinta rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu
bukan saja persamaan politiek, saudara-saudara, tetapi pun diatas lapangan ekonomi kita
harus mengadakan persa-maan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya.
Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat, hendaknya bukan badan
permusya-waratan politieke democratie saja, tetapi badan yang bersama dengan masyarakat
dapat mewujud-kan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid.
Kita akan bicarakan hal-hal ini bersama-sama, saudara-saudara, di dalam badan permusyawaratan.
Saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan, segala hal! Juga di dalam urusan
kepala negara, saya terus terang, saya tidak akan memilih monarchie. Apa sebab? Oleh
karena monarchie “vooronderstelt erfelijkheid”,-turun-temurun. Saya seorang Islam, saya
demokrat karena saya orang Islam, saya menghendaki mufakat, maka saya minta supaya
tiap-tiap kepala negara pun dipilih. Tidakkah agama Islam mengatakan bahwa kepala-kepala
negara, baik kalif, maupun Amirul mu’minin, harus dipilih oleh rakyat? Tiap-tiap kali kita
mengadakan kepala negara, kita pilih. Jikalau pada suatu hari Ki Bagus Hadikusumo
misalnya, menjadi kepala negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya
Ki Hadikusumo dengan sendirinya, dengan otomatis menjadi pengganti Ki Hadikusumo. Maka
oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip monarchie itu.
Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5 ? Saya telah mengemukakan 4 prinsip:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan.
3. Mufakat,-atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
44 of 82
Prinsip Ketuhanan ! Bukan saja bangsa Indo-nesia bertuhan, tetapi masing-masing orang
Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut
petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhamad s.a.w, orang
Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita
semuanya ber-Tuhan. Hen-daknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-
Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-agama”. Dan hendaknya Negara
Indo-nesia satu Negara yang bertuhan!
Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban.
Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain.
(Tepuk tangan sebagian hadlirin). Nabi Muhamad s.a.w telah memberi bukti yang cukup
tentang verdraag-zaamheid, tentang menghormati agama-agama lain. Nabi Isa pun telah
menunjukkan verdraagzaam-heid itu. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun
ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima dari pada negara kita, ialah
Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, Ketuhanan yang
hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara
menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa!
Disinilah, dalam pangkuan azas yang kelima inilah, saudara-saudara, segenap agama yang
ada di Indonesia sekarang ini, akan mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Dan Negara kita
akan bertuhan pula!
Ingatlah, prinsip ketiga, permufakatan, perwa-kilan, disitulah tempatnya kita mempropagandakan
ide kita masing-masing dengan cara yang tidak onverdraagzaam, yaitu dengan cara
yang berkebudayaan!
Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca
Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewajiban, sedang
kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam
lima jumlahnya. Dari kita lima setangan. Kita mempunyai Panca Indera. Apa lagi yang lima
bilangannya? (Seorang yang hadir: Pendawa Lima). Pendawapun lima orangnya.
Sekarangpun banyaknya prinsip: kebang-saan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan
ketuhanan, lima pula bilangannya.
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petujuk seorang teman kita
ahli bahasa- namanya Paca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah
kita men-dirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (Tepuk tangan riuh).
Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh
peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada saya, apakah “perasan” yang
tiga itu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia
Merdeka, Weltans-chauung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme,
kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya
namakan socionationalisme.
Dan Demokrasi yang bukan demokrasi barat, tetapi politiek-economische democratie, yaitu
politik demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan, saya
peraskan pula menjadi satu: Inilah yang dulu saya namakan socio-democratie.
Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati satu sama lain.
Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga: socio-nationalisme, socio-demokratie, dan ketuhanan.
Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi barangkali tidak
semua Tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, saya
jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu?
45 of 82
Sabagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus
mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam
buat Indonesia, bukan Hadikusumo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan
Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia,- semua buat semua!
Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya
satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”. Negara Indonesia yang
kita dirikan haruslah negara gotong-royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!
(Tepuk tangan riuh-rendah).
“Gotong-Royong” adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”, saudarasaudara!
Kekeluargaan adalah satu paham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan
satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Sukarjo satu
karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersamasama!
Gotong-royong adalah pembantingan- tulang bersama, pemerasan-keringat bersama,
perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua
buat kebahagian semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong
Royong! (Tepuk tangan riuh-rendah).
Prinsip Gotong Royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang
Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa
Indonesia. Inilah, saudara-saudara, yang saya usulkan kepada saudara-saudara.
Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Eka Sila. Tetapi terserah kepada tuan-tuan, mana
yang tuan-tuan pilih: Trisila, Ekasila ataukah Pancasila? Isinya telah saya katakan kepada
saudara-saudara semuanya. Prinsip-prinsip seperti yang saya usulkan kepada saudarasaudara
ini, adalah prinsip untuk Indonesia Merdeka yang abadi. Puluhan tahun dadaku telah
menggelora dengan prinsip-prinsip itu. Tetapi jangan lupa, kita hidup di dalam masa
peperangan, saudara-saudara. Di dalam masa peperangan itulah kita mendirikan negara
Indonesia,- di dalam gunturnya peperang-an! Bahkan saya mengucap syukur alhamduli’llah
kepada Allah Subhanahu wata’ala, bahwa kita mendirikan negara Indonesia bukan di dalam
sinarnya bulan purnama, tetapi dibawah palu godam peperangan dan di dalam api
peperangan. Timbullah Indonesia Merdeka, Indonesia yang gemblengan, Indonesia Merdeka
yang digembleng dalam api peperangan, dan Indonesia Merdeka yang demikian itu adalah
negara Indonesia yang kuat, bukan negara Indonesia yang lambat laun menjadi bubur. Karena
itulah saya mengucap syukur kepada Allah s.w.t.
Berhubung dengan itu, sebagai yang diusulkan oleh beberapa pembicara-pembicara tadi,
barang-kali perlu diadakan noodmaatregel, peraturan yang bersifat sementara. Tetapi
dasarnya, isinya Indo-nesia Merdeka yang kekal abadi menurut pendapat saya, haruslah
Panca Sila. Sebagai dikatakan tadi, saudara-saudara itulah harus Weltanschauung kita. Entah
saudara-saudara mufakatinya atau tidak, tetapi saya berjuang sejak tahun 1918 sampai 1945
sekarang ini untuk Weltanschauung itu. Untuk membentuk nasionalistis Indonesia, untuk
kebang-saan Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup di dalam peri-kemanusiaan;
untuk pemu-fakatan; untuk sociale rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhanan. Panca Sila, itulah
yang berkobar-kobar di dalam dada saya sejak berpuluh tahun. Tetapi, saudara-saudara ,
diterima atau tidak, terserah kepada saudara-saudara. Tetapi saya sendiri seinsyaf-insyafnya,
bahwa tidak ada satu Weltans-chauung dapat menjelma dengan sendirinya, menjadi realiteit
dengan sendirinya. Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi kenyataan realiteit, jika
tidak dengan perjuangan!.
Jangan pun Weltanschauung yang diadakan oleh manusia, jangan pun yang diadakan oleh
Hitler, oleh Stalin, oleh Lenin, oleh Sun Yat Sen!
46 of 82
“De Mensch”,-manusia!-harus perjuangan itu. Zonder perjuangan itu tidaklah ia akan menjadi
realiteit! Leninisme tidak bisa menjadi realiteit zonder perjuangan seluruh rakyat Rusia, San
Min Chu I tidak dapat menjadi kenyataan zonder perjuangan bangsa Tionghoa, saudarasaudara!
Tidak! Bahkan saya berkata lebih lagi dari itu: zonder perjuangan manusia, tidak ada
satu hal agama, tidak ada satu cita-cita agama, yang dapat menjadi realiteit. Jangan pun
buatan manusia, sedangkan perintah Tuhan yang tertulis di dalam kitab Qur’an, zwart op wit
(tertulis diatas kertas), tidak dapat menjelma menjadi realiteit zonder perjuangan manusia
yang dinamakan ummat Islam. Begitu pula perkataan-perkataan yang tertulis di dalam kitab
Injil, cita-cita yang termasuk di dalamnya, tidak dapat menjelma zonder per-juangan ummat
Kristen.
Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu, menjadi
satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nasionaliteit yang
merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan,
ingin hidup diatas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan
sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang
luas dan sempurna,-jaganlah lupa akan syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan,
perjuangan, dan sekali lagi perjuangan. Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara
Indonesia itu perjuangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di dalam Indonesia
Merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnja dengan perjuangan
sekarang, lain corak- nya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu padu,
berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Panca Sila. Dan
terutama dalam zaman peperangan ini, yakinlah, insyaflah, tanamkanlah, dalam kalbu
saudara-saudara, bahwa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak
berani meng-ambil resiko,- tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudra yang
sedalam-dalam-nya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekad mati-matian
untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa
Indonesia buat selama-lamanya, sampai ke akhir zaman! Kemerdekaan hanyalah didapat dan
dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka”,-merdeka atau
mati”!(Tepuk tangan riuh).
Saudara-saudara! Demikianlah saya punya jawab atas pertanyaan Paduka Tuan Ketua. Saya
minta maaf, bahwa pidato saya ini menjadi panjang lebar, dan sudah meminta tempo jang
sedikit lama, dan saya juga minta maaf, karena saya telah mengadakan kritik terhadap catatan
Zimukyokutyoo yang saya anggap “verschrikkelijk zwaarwichtig” itu. Terima kasih! (Tepuk
tangan riuh rendah dari segenap hadirin). ?